Ini bukan cerita cinta tentang monyet atau cerita cinta aku sama monyet. Ini cerita cinta aku jaman SD yang orang sering bilang "cinta monyet".
Rasanya lucu banget inget jaman-jaman SD dulu, aku menghabiskan masa sekolah dasar di SDN 3 Kuripan Lor Pekalongan. Di kelas 4 aku mulai naksir cowok, dia itu adik kelas beda satu angkatan. Entah kenapa waktu itu bisa naksir berat sama dia, padahal temen sekelas yang selalu rangking 1 dari kelas 1 bilang udah naksir aku, tapi aku selalu menghindari dia, rasanya marah banget kalau temen-temen sekelas ngeledekin aku sama dia. Aku malah lebih suka adik kelas aku itu, padahal dia agak sedikit "bad boy", suka telat dateng ke sekolah, sering nggak masuk malah, terus cuek banget sama cewek, itu yang bikin aku penasaran dan ngejar-ngejar dia. Baru sekali aku agresif sama cowok itu cuma sama dia, dan itu cowok pertama yang aku suka. Sebenarnya sih nggak agresif banget, aku bilang suka sama dia juga lewat tetanggaku yang temen sekelas dia dan lewat sepupuku yang teman main dia. Sebelum tetangga dan sepupuku bilang kalau aku suka sama dia, dia bener-bener cuek sama aku, tapi setelah dia tau dia jadi sering perhatiin aku kalau di sekolah dan dia bilang sama tetangga dan sepupuku kalau dia juga suka sama aku. Lucunya kalau kita nggak sengaja ketemu di sekolah kita cuma senyum dan aku langsung kabur karena malu, begitu terus sampai aku kelas 6.
Pas hari valentine, aku beli cokelat buat dia, cokelat putih tapi aku lupa merknya, karena waktu itu aku pikir cokelat putih lebih keren daripada cokelat biasa (haha konyol). Aku buat surat, tapi lupa isinya, sepertinya cuma ucapan selamat valentine. Setelah cokelat dibungkus, aku titipkan ke tetanggaku yang temen sekelasnya. Berhari-hari tenyata nggak ada balesan dari dia, aku jadi sedih dan bertanya-tanya soal perasaan dia ke aku. Semenjak itu aku sudah tidak pernah bertanya lagi tentang dia ke tetangga atau sepupuku.
Aku lulus dan melanjutkan ke smp, aku sudah lupa dengan adik kelasku itu, tapi ternyata dia masih sering titip salam dan menanyakan aku ke tetanggaku yang teman sekelasnya. Sebenarnya aku senang mendengarnya, cuma karena gengsi aku cuma senyum setiap tetanggaku cerita tentang dia. Sampai aku pindah ke Bogor, dia masih kadang bertanya tentangku lewat sepupuku, tapi karena gengsi dan dia terlalu malu-malu hubungan kita jadi sebatas saling suka lewat salam sepupuku.
Aku masih sangat ingat senyum dia setelah sekian tahun nggak bertemu, semoga suatu saat kita bisa bertemu dan bercerita panjang tentang perasaan kita dulu, bukan untuk serius hanya untuk tertawa mengingat masa lalu bersama.